Senin, 27 April 2009

KESABARAN

Latihan untuk membina diri kita sesungguhnya adalah
latihan dalam keseharian. Membina diri bukan sesuatu
yang dimengerti bahwa harus dilakukan ditempat-tempat
ibadah atau hanya pada saat-saat tertentu. Justru dalam
keseharian kita bisa meningkatkan, membina diri kita
masing-masing. Salah satu pesan yang sangat penting yang
pernah diungkapkan oleh Buddha Gotama dihadapan
1250 orang-orang suci adalah kesabaran sesungguhnya
latihan untuk membina diri yang tertinggi. Kalau kita
berhadapan atau mengalami keadaan yang menyenangkan
disekitar kita, semua bersikap baik, berkata-kata ramah
kepada kita, maka kita bisa bersikap sabar. Tetapi menurut
Buddha Gotama, menghadapi hal-hal yang menyenangkan
bukanlah sikap bersabar. Justru kesabaran adalah sikap
yang tetap tenang, dilandasi dengan pengertian yang benar,
pada saat kita menghadapi atau mengalami kondisi-kondisi
yang tidak menyenangkan. Orang-orang lain atau temanteman
yang berperilaku tidak baik kepada kita, pada saat
itulah sesungguhnya kesempatan yang sangat baik bagi kita
untuk melatih kesabaran. Kalau menghadapi kondisi yang
tidak menyenangkan, orang-orang yang mengganggu kita,
1
mungkin juga ingin menghancurkan kita, kalau pada saat
itu timbul kemarahan, kejengkelan atau bahkan dendam,
pada saat itulah tampak betapa rapuhnya mental kita,
menanggapi keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan,
menghadapi orang-orang yang menyulitkan kita, kalau
timbul emosi, sikap yang serampangan, yang didorong oleh
kebencian atau kemarahan sesungguhnya sikap seperti itu
sangat merugikan kita sendiri. Tampak dengan jelas, tidak
ada ketahanan mental, tidak ada kekuatan batin dalam diri
kita untuk menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan.
Ilmu pengetahuan moderen menyadari bahwa
kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang. Kalau seseorang
suka belajar suka mendengar, dan kemudian timbullah ideide
yang cemerlang, kreatifitas-kreatifitas yang baru. Sering
dikatakan seseorang itu adalah orang yang cerdas, tetapi itu
sangat tidak cukup, kecerdasan dalam hubungan
berinteraksi dengan masyarakat, sekarang disadari bahwa
selain kecerdasan, sangat diperlukan kedewasaan emosi,
kecerdasan intelektual amatlah tidak membantu tanpa
dilandasi dengan kecerdasan/kedewasaan emosi. Ada 2
macam kesabaran menurut Dhamma dan demikian juga
terdapat 2 macam latihan untuk meningkatkan kesabaran/
daya tahan mental kita.
Yang pertama disebut dengan bersabar dengan halhal
yang sederhana, dengan kondisi-kondisi yang kecil,
2
seperti bersabar dengan udara yang panas, bersabar
dengan makanan-makanan yang mungkin tidak sesuai,
tetap bersabar karena harus menunggu agak lama, bersabar
kalau fisik ini sedang sakit, bersabar untuk tidak melakukan
hal-hal yang tidak berguna dalam menghadapi kondisikondisi
yang tidak menyenangkan itu, melatih kesabaran
dengan hal hal yang kecil-kecil ini akan memungkinkan
kita, memberikan jalan kepada kita untuk melatih
kesabaran yang lebih tinggi. Apakah kesabaran yang lebih
tinggi itu? Sabar kalau kita dicela, sabar kalau kita dihina,
tetap sabar kalau ada orang-orang yang memfitnah kita
atau mungkin ingin menghancurkan kita, kesabaran yang
lebih tinggi ini memang amat sulit tetapi justru itulah yang
Buddha Gotama sebutkan sebagai latihan untuk membina
diri kita yang tertinggi. Para Bhikkhu/para pengkhotbah
sesungguhnya bukanlah guru kesabaran yang sejati. Para
bhikkhu/para penceramah hanya bisa menunjukkan betapa
berharganya kesabaran itu, betapa pentingnya memiliki
kesabaran sebagai daya tahan mental tetapi bukan guru
kesabaran yang sebenarnya, siapakah guru kesabaran yang
sebenarnya? Kalau dirumah suatu saat sang suami atau
sang istri menimbulkan masalah, menimbulkan persoalan,
kalau anak anak suatu ketika tidak mau mendengar
nasehat, kalau teman-teman atau kolega kita menyulitkan
kita, kalau mereka-mereka yang dahulu sangat akrab
kemudian ingin menghancurkan kita, mereka itu
sesungguhnya guru-guru kesabaran yang sejati karena pada
3
saat itulah kita dituntut untuk mempunyai kesabaran. Kalau
kita menghadapi mereka dengan geram, dengan emosi
yang meluap-luap, dengan kemarahan dan mungkin
dengan kebencian. Sikap itu tidak menyelesaikan masalah
bahkan membuat masalah lebih berlarut-larut, kegeraman
yang ditunjukkan oleh seseorang sesungguhnya bukan
menunjukkan kekuatan dan keperkasaan tetapi sebaliknya
kelemahan jiwa, seseorang yang jiwanya kuat, mempunyai
daya tahan mental yang tangguh, tidak akan mudah
terpancing, tidak akan menunjukkan kegeraman,
kegarangan, karena sadar bahwa kegeraman, kegarangan,
kemarahan, kebencian sama sekali bukan cara
menyelesaikan persoalan, tetapi bagaimanakah cara untuk
melatih kesabaran? Ada 2 macam cara untuk melatih
kesabaran. Sikap tenang yang dilandasi dengan pengertian
yang benar itulah sesungguhnya kesabaran. Pengertian
apakah yang harus kita punyai untuk menumbuhkan
kesabaran? Untuk meningkatkan daya tahan mental kita
menghadapi seribu satu macam kondisi dan persoalanpersoalan
kehidupan yang tidak akan berhenti?
1. Menyadari bahwa segala sesuatu dialam semesta ini
tidak kekal, tidak ada yang abadi, berubah setiap saat,
kesulitan apapun yang kita hadapi, perlakuan apapun
yang tidak menyenangkan kita juga tidak kekal, tidak
selamanya akan mengcengkeram kita, tidak ada yang
abadi dialam semesta ini, masalah yang menyulitkan itu
4
datang sebentar kemudian dia akan berlalu, sabbe
sankhara anicca - semua perpaduan tidak kekal,
berubah setiap saat dan berubah terus menerus,
menyadari perubahan terhadap segala sesuatu termasuk
kesulitan – kesulitan yang sedang menghimpit, yang
sedang kita alami itulah menyadari ketidak kekalan itu
akan membuat kita bertahan, tidak ada alasan untuk
berpatah semangat.
2. Pengertian yang kedua yang harus kita punyai sebagai
landasan untuk membangun kesabaran dan daya tahan
mental adalah kesulitan dan penderitaan yang kita
alami yang kita hadapi, janganlah kita berpikir biasa,
apakah yang di sebut berpikir biasa? Berpikir biasa
adalah kita selalu atau sering berpikir bahwa ia
menghina saya, si itu mengganggu saya, si dia tidak
simpati kepada saya, yang itu ingin menghancurkan
saya, yang itu membenci saya dsb. Pikiran kita seolah
olah seperti buku telepon yang hanya berisi daftardaftar
nama mereka-mereka yang tidak kita senangi,
kemudian timbul kebencian, timbul keinginan
membalas kepada mereka-mereka itu dan itulah yang
membuat kehidupan kita tidak tentram.
Tetapi berpikir Dhamma sangat beda, berpikir
Dhamma amat bebeda dengan berpikir biasa, Mengapa?
Kesulitan yang kita hadapi, penderitaan yang kita alami
sesungguhnya adalah akibat buah dari perbuatan kita
5
sendiri, kesulitan dan segala macam penderitaan itu bukan
pemberian Tuhan, juga bukan dibuat oleh dewa-dewa
untuk menghukum kita, tapi akibat perbuatan kita sendiri,
perbuatan yang tidak benar, perbuatan yang tidak sehat,
kalau bukan akibat dari perbuatan kita, tidak mungkin
peristiwa itu akan datang menimpa kita. Kalau kita berpikir
seperti ini, maka tidak ada tempat untuk membenci kepada
yang lain, tidak ada alasan untuk membalas kebencian itu
dengan dendam kepada siapapun, justru melihat mereka
yang melakukan hal-hal yang merugikan kita bukan
kebencian yang timbul melainkan kasih saying, timbul rasa
kasihan yang mendalam, melihat teman-teman/orang-orang
lain berperilaku buruk kepada kita, karena perilaku yang
buruk juga akan membuahkan penderitaan bagi
pembuatnya sendiri.
Dengan 2 landasan pengertian inilah, kita
meningkatkan/membangun kesabaran kita, kita
meningkatkan daya tahan mental kita menghadapi hal hal
yang buruk, hal-hal yang menyakitkan, hal-hal yang terasa
sulit dalam kehidupan ini, pengertian tentang semua tidak
kekal, berubah setiap saat termasuk kesulitan dan hal-hal
yang buruk itu, dan seandainya kesulitan dan hal-hal buruk
itu datang, maka itupun akibat perbuatan dari karma kita
sendiri. Dengan cara inilah dengan dasar pengertian yang
benar yang jernih kita berusaha untuk tetap tenang, tegar,
batin tidak tergoyahkan untuk menghadapi kesulitan-
6
kesulitan dalam kehidupan yang datang silih berganti,
silahkan kesulitan/persoalan itu datang, namun persoalan/
kesulitan itu tidak lagi menjadi kesulitan, tetapi justru
menjadi kesempatan bagi kita untuk melatih kesabaran,
dengan kesadaran yang penuh memperkuat daya tahan
mental kita, marilah kita menghadapi dengan tenang
marilah kita mengubah kesulitan/persoalan itu menjadi
kesempatan yang amat berharga untuk meningkatkan
kualitas diri kita, karena didalam kenyamanan, didalam
segala sesuatu yang menyenangkan yang kita hadapi,
perlakuan-perlakuan manis yang kita terima, sesungguhnya
amat sulit mencari kesempatan untuk meningkatkan
kualitas diri. Kenyamanan dan perlakuan-perlakuan yang
sangat baik kepada kita bukanlah guru kesabaran yang
sebenarnya. Menurut pengertian Dhamma kadar
kesabaran, kadar daya tahan mental kita merupakan hasil
dari latihan kita, latihan dalam keseharian yang dilandasi
dengan pengertian yang benar, karena menurut Dhamma
kesabaran bukan sesuatu yang bisa kita dapatkan dengan
meminta kepada siapapun.
Di Jawa Tengah sering kita mendengar, kalau
seseorang tiba di dalam kesulitan, dia mengeluh. “Oh
Gusti berikan kepadaku kesabaran”. Memang boleh-boleh
saja seseorang mengeluh seperti itu, karena mungkin
betapa beratnya kesulitan/beban yang dia hadapi tetapi
kesabaran tidak bisa diminta, dan kesabaran tidak bisa
7
diberikan siapapun kepada kita. Kita harus berpandaipandai
menggunakan setiap kesempatan dalam keseharian
untuk meningkatkan kesabaran kita karena kesabaran
merupakan latihan yang amat berharga. Sangat dibutuhkan
setiap saat dimanapun kita berada, dimanapun kita tinggal,
dalam keadaan yang bagaimanapun kita mengalami.
Seseorang yang tidak cukup mempunyai kesabaran,
ketahanan mental, dia akan terpengaruh untuk melakukan
hal-hal yang buruk, mungkin kejahatan karena akan
memberikan keuntungan materi yang lebih besar dan lebih
cepat, namun seseorang yang memiliki kesabaran/
ketahanan mental tidak akan tertarik dengan perbuatan
yang tidak sehat, dengan perilaku yang tidak bermoral,
sekali hal itu memberikan keuntungan yang besar dan
spontan. Ia bisa bertahan, mengendalikan diri karena ia
punya kesabaran, daya tahan mental yang cukup baik,
tidak terpengaruh/tergiur dengan perbuatan buruk
sekalipun memberikan keuntungan yang besar dan
spontan. Kesabaran, keuletan adalah kunci untuk menjaga
moralitas, mempunyai perilaku yang baik, sehat karena
setiap perbuatan menurut Dhamma memberikan akibat
ganda, kejahatan akan merugikan orang lain/makhluk lain,
dan juga sudah pasti merugikan si pembuatnya sendiri.
Demikian juga kebajikan, perbuatan bajik akan
memberikan manfaat ganda pula, bermanfaat bagi yang
lain dan memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, kalau
tanpa kesabaran, karena tidak mampu mengendalikan
8
dirinya seseorang tergiur melakukan kejahatan, maka dia
berjalan untuk melakukan perbuatan menghancurkan
kedua belah pihak, kehancuran ganda, menghancurkan
orang lain merugikan orang lain dan menghancurkan
dirinya sendiri, perbuatan yang tidak terpuji, yang buruk
mudah sekali menggiurkan kita, menarik bagi banyak
orang, karena memberi manfaat yang sekonyong-konyong,
memberi kesenangan yang tiba-tiba, tidak perlu menunggu/
bersabar kemudian banyak orang terpikat melakukan
kejahatan, disinilah letak arti penting memiliki kesabaran,
dengan kesabaran/ketahanan mental kita juga akan
bersabar, tidak terpikat untuk melakukan kejahatan,
memilih perbuatan yang bajik. Dengan kesabaran dan
kesadaran, dengan ketahanan mental sekuat tenaga, kita
menghindari perbuatan-perbuatan buruk, yang tidak sehat
dan dengan kesabaran serta kesadaran pula, dengan
keuletan dan dengan sekuat tenaga kita melakukan hal-hal
yang baik, yang bajik, yang berguna, bagi masyarakat, bagi
keluarga kita, dan sudah tentu berguna bagi kita sendiri.
Memang perbuatan buruk memberikan kenikmatan
spontan, kesenangan yang lebih cepat, tetapi kalau
perbuatan itu suatu ketika sudah masak, kejahatan itu akan
berakibat penderitaan yang kadang-kadang amat sulit
diatasi, berlarut-larut dan sangat lama, namun sebaliknya
perbuatan bajik yang kalau dilakukan akan berguna bagi
orang lain, bagi yang melakukan, tidak akan menimbulkan
penyesalan didalam hati, kehidupan ini akan menjadi
9
kehidupan yang amat berguna kalau kita bisa
menggunakan sebanyak mungkin untuk hal-hal yang
berguna/bermanfaat bagi semua pihak.
Namun, saya ingin memasuki pengertian yang lebih
mendalam dan mungkin lebih sulit untuk dimengerti tetapi
merupakan kewajiban saya untuk mengajak kalian untuk
meningkat kedalam pengertian yang lebih dalam, memang
kita tidak berpihak kepada perbuatan jahat/keburukan, kita
ingin mengisi kehidupan ini dengan kebajikan, dengan halhal
yang berguna tetapi sekali lagi tetapi janganlah merasa
lebih unggul, merasa lebih tinggi karena telah melakukan
kebajikan, kemudian memandang rendah kepada mereka
yang melakukan kejahatan. Melakukan kebajikan adalah
pilihan, tetapi kebanggaan akan kebajikan yang kita
lakukan akan merugikan perkembangan mental kita,
bangga dengan kebajikan yang dilakukan dan kemudian
memandang rendah serta membenci kepada mereka yang
melakukan kejahatan adalah kekotoran batin yang
menghalangi kemajuan mental spiritual kita, kita senang
berbuat bajik, tetapi kita tidak benci, tidak merendahkan
sekalipun kepada mereka-mereka yang melakukan
perbuatan merugikan orang lain. Kita tidak senang, tidak
setuju terhadap kejahatan yang mereka perbuat, tetapi
sama sekali tidak ada alasan untuk membenci dan merasa
diri kita lebih baik, lebih mulia, lebih tinggi dari mereka,
perasaan ini sesungguhnya adalah keangkuhan,
10
kesombongan bahkan kecongkakkan, itu adalah kekotoran
bathin yang amat merugikan bagi perkembangan bathin
kita sendiri. Kita memihak pada kebajikan, jelas, kita tidak
ingin melakukan kejahatan tetapi kita tidak perlu merasa
lebih dengan membandingkan kepada mereka yang masih
senang melakukan kejahatan. Aku bukan mereka, aku
lebih baik, lebih bersih, lebih sempurna, lebih tinggi dari
mereka. Inilah beban-beban mental yang mengotori pikiran
kita dengan kekotoran batin yang lebih halus tetapi tetap
merugikan kita. Marilah kita memihak pada perbuatan
yang baik/kebajikan dengan tulus termasuk juga
mempunyai pikiran yang bajik, pikiran kasih sayang
kepada mereka-mereka yang melakukan kejahatan
sekalipun, inilah yang didalam Dhamma disebut sebagai
berusaha membersihkan pikiran kita sendiri dari
kekotoran–kekotoran batin yang halus, keangkuhan,
keakuan, kesombongan dan itu adalah beban mental yang
juga membuat penderitaan bagi diri kita. Secara ringkas,
marilah kita meningkatkan kualitas diri kita, dengan
menggunakan segala keadaan, segala hal yang kita alami
apapun, sebagai kesempatan untuk meningkatkan kualitas
diri, meningkatkan kesabaran, daya tahan mental, dengan
kesabaran/daya tahan mental, kita tidak akan memihak,
memilih kejahatan dan berusaha keras untuk menambah
hal-hal yang baik, mengisi kehidupan ini dengan kebajikan
tanpa dilandasi, tanpa disusupi oleh kesombongan,
keangkuhan, kecongkakan. Marilah kita mengisi kehidupan
11
kita dengan hal-hal yang berguna dan juga mencintai,
mengasihi mereka, untuk bersama-sama maju kearah yang
lebih baik, tidak ada alasan merendahkan siapapun ,
apalagi membenci kepada mereka-mereka sekalipun
mereka melakukan kejahatan, tidak hanya menghindari
kejahatan dan menambah kebajikan tetapi lebih dari itu,
marilah kita memeriksa batin kita, pikiran kita supaya juga
bersih dari kekotoran batin, dan itulah kebahagiaan
di.dalam diri kita, disitu kita akan menemukan
kebahagiaan, kondisi apapun yang kita hadapi, yang
datang menyongsong kita, marilah kita hadapi dengan
tenang, dengan pengertian benar, dengan ketahanan
mental, dengan ketulusan hati. Janganlah berpikir untuk
mencari kebahagiaan dari luar diri kita, sumber
kebahagiaan itu berada dari dalam diri kita sendiri, tidak
mungkin bisa ditemukan dari luar diri kita, dengan
mengubah diri kita, meningkatkan kualitas diri kita, sumber
kebahagiaan akan muncul di dalam diri kita, mencari
kebahagiaan dari luar diri kita, sibuk mencari dan
mengubah apa yang diluar diri kita, memang baik, tetapi
bukanlah jaminan yang mampu membuat kita bahagia
tanpa ada perubahan didalam diri kita masing-masing.
Saya akan menutup uraian ini dengan sebuah cerita yang
sederhana tapi amat menarik.
Dijaman dahulu di Mesir ada seorang raja yang sakit
mata, dokter istana setelah mengobati kemudian
12
menasehatkan, raja harus sering melihat warna hijau
karena warna itu akan mempercepat kesembuhan
penglihatan mata baginda raja, di Timur Tengah, demikian
juga di Mesir, tidak sebanyak tumbuhan-tumbuhan hijau
seperti yang kita lihat di tanah air kita, amat kurang,
kadang-kadang amat jarang, karena raja harus sering
melihat warna hijau, maka kemudian raja memerintahkan
segala sesuatu yang dia lihat dia ubah dengan warna hijau,
alat-alat makan, pakaian yang dia kenakan, dinding,
tempat tinggal, lantai, semua diubah dengan warna hijau
supaya penglihatan sang raja bisa cepat kembali seperti
semula, tetapi penasehat raja mendekati sang raja dan
berkata, kalau baginda menginginkan melihat yang serba
hijau supaya penglihatan baginda cepat sembuh seperti
sedia kala, mengapa baginda harus mengubah semuanya
dengan warna hijau, apakah tidak lebih baik baginda
memakai kacamata hijau, dengan memakai kacamata
hijau, semuanya akan kelihatan hijau, tidak perlu harus
mengubah warna semuanya dengan menjadi hijau. Dari
cerita kecil ini kita mendapatkan pencerahan kecil,
mengubah diri kita, mengubah sikap mental kita adalah
jauh lebih berharga dan lebih mudah daripada mengubah
segala sesuatu diluar diri kita. Justru mengubah dan
meningkatkan mental kita, didalam diri inilah, diri kita
sendiri, kita menemukan sumber kebahagiaan. Marilah kita
menggunakan kesempatan yang berharga dalam kehidupan
ini, setiap saat untuk mengisi kehidupan ini dengan hal-hal
13
yang bermanfaat, berguna, berfaedah, bagi siapapun juga,
bagi masyarakat, bagi orang banyak, bagi keluarga kita,
dan sudah tentu bagi kita sendiri, dengan membangun diri
kita disitulah kita menjumpai kebahagiaan, dan
kebahagiaan itu akan bermanfaat pula bagi mereka-mereka
yang lain, marilah kita berjuang, maju, tidak ada waktu
untuk terlambat, tidak menyiakan kehidupan ini, semoga
kita mampu, untuk menjadikan kehidupan ini berguna,
bermanfaat bagi siapapun. Semoga semua makhluk
berbahagia.
14

Tidak ada komentar: